Minggu, 30 Oktober 2011

ANIMASI BURUNG HANTU ^THE OWL^-MENGAJARKAN KEKERASAN

Tak patut untuk dipertontonkan ke anak-anak. Film animasi yang notabenenya menghibur dan lucu apalagi dengan adanya karakter yang unik tentu sangat digemari anak-anak. Begitu pula Film animasi yang ditayangkan oleh MNC TV yang tayang tiap sehabis maghrib  yang berjudul "THE OWL".
Kelihatannyua menggemaskan. namun ditinjau dari segi kontent animasi ini jelas sangat tak patut untuk di pertontonkan pada anak-anak. Karena sebagian besar esensinya berisi tentang kekerasan. Misalnya saja adegan burung hantu itu 'ketiban apel'. Burung itu berusaha menghindar tapi pada akhirnya tertimpa juga. Yang bikin parah visualisasai dari penggambaran setelah burung itu terkena apel ataupun tertimpa barang sejenisnya, digambarkan ia remuk dan gepeng. Bagiku sangat menjijikan dan bikin terhenyak. Dan masih banyak lagi adegan-adegan motion yang sangat frontal dan tak cocok untuk anak-anak. Tapi yang namanya film tentunmya ada kesan 'khayal' dalam tiap adegan. Burungnya tidak mati, tapi matanya masih berkedip-kedip, atau  salah satu anggota badannya masih bergerak meskipun sebagian besar besar badannya hancur. Yang seperti ini secara tak langsung mengajarkan persepsi kekerasan yang dianggap 'biasa saja' pada anak-anak.
Dampak yang ditimbulkan bisa sangat besar bagi anak. Mereka tak segan-segan meniru lakuan yang ada ditlayar kaca. Karena pada dasarnya masa kanak-kanak adalah fase meniru dan mencari tahu apa yang ada di sekelilingnya.
Miris dan sangat prihatin. Karena generasi sekarang disuguhi tontonan yang secara tak langsung menjebloskan moral anak bangasa. Title 'kartun dan animasi' hanya sebagai kamuflase bahwa sesungguhnya ada suatu nilai yang mengancam kondisi psikologi anak bangsa.
Para pembaca pemirsa TV yang budiman, mungkin bisa memperhatikan rentetan film animasi yang tayang distasiun TV yang sama tiap jam habis maghrib.
Mungkin bagi orang awam hal tersebut diacuhkan. Namun sebagai audience yang baik, perlulah seharusnya kita mengkritisi lebih dalam lagi acara-acara yang mencemari moral bangsa.
Kalaupun film animasi ini masih terus dipertontonkan, ada baiknya mencantumkan target posisioning  BO(Bimbingan Orangtua). Nah, sekarang pandai-pandailah orang tua memfilter acara yang aman untuk buah hati  anda tersayang.

Pameta F. Sabila
-Mahasiswa penyiaran "MMTC"
BACA selengkapnya di sini

Sabtu, 24 September 2011

Islam Itu Indah Menurut TransTV

Menurut transTV, Islam itu indah
Menurut KODIM, damai itu indah
Manurut hadist, Tuhan itu indah.

Barangkali Anda ingin menambahkan, lembek itu indah. Toh sudah kelewat banyak publik yang menilai, mungkin termasuk Anda, Presiden RI nampak lembek. Ia berjuang memerangi korupsi, tapi korupsi terus merajalela hingga ke sudah memasuki rumahnya, Partai Demokrat. Akal sehat kemudian bertanya, bagaimana bisa sebuah partai hendak memerangi korupsi kalau ternayata di tubuh partai itu sendiri berdiam para koruptor? Nonsense!

Dan di suatu pagi saya coba menonton sampai tuntas acara Islam Itu Indah yang ditayangkan TransTV. Barangkali Anda juga pernah menontonnya. Bagaimana komentar Anda tentang acara tersebut?

Saya melihat, banyak mubalig (penyampai) menggunakan metode pidatonya dengan menyelipkan humor ke dalamnya, bahkan tidak sedikit yang membuat amsal dalam tablig (paparan)-nya itu yang diambil dari folklor-folklor humor. Barangkali metode ini diambil supaya tablig-nya tidak kering dan membuat mustami (pemirsa) jadi ngantuk. Bisa kita deretkan para mubalig kondang di tanah air, umumnya menyelipkan humor dalam paparannya, misalnya Alm Ust KH. Zainuddin MZ, AA Gym, Ustad Zefri, dll.

Humor memang sering digunakan dalam berbagai eksposisi maupun deskripsi, bahkan ada yang menjadikan humor sebagai strategi utama dalam meraih target. Saya teringat pesan Laurens Tato, penulis terbaik editorial di koran Media Indonesia, bahwa dalam tulisan serius pun, sebaiknya bisa kita selipkan sense of humor.

Tetapi sense of humor yang disampaikan oleh mubalig Islam Itu Indah di TransTV, terasa over-acting bagi saya. Saya hawatir over acting ini akan masuk sesuatu yang berlebih, dan menurut Quran maupun menurut ilmu kedokteran, sesuatu yang berlebih adalah tidak baik dan bisa menjadi kontra-produktif.

Berpidato keagamaan boleh menyelipkan humor, tetapi mendominasikan humor dalam pidato, melahirkan penilaian, setidaknya menurut saya, menurut "sedang mempermainkan agama" atau "agama adalah bermain-main".

Barangkali mungkin perlu dirancang suatu acara humor Islami. Jadi acaranya memang acara humor, bukan acara tablig, apalagi dakwah.

Orang awam sekalipun, rasanya, tidak akan pernah menilai bahwa ajaran agama adalah humor atau lelucon. Mungkin orang awam pun bisa menilai bahwa acara itu adalah lawakan. Jadi tidak salah bila kita menertawakannya. Bukan menertawakan ajaran agamanya, tapi menertawakan pelawaknya.
BACA selengkapnya di sini

Senin, 12 September 2011

Sae(i)pul Jamil Menangis Bahagia karena bisa kawin lagi


Selalu, ya selalu segera kupindahkan cahnnel TV saat begitu menyalakannya, tiba-tiba yang muncul tayangan infotainment. Aku tidak suka, bahkan bisa disebut anti acara infotainment. Namun hari Selasa tanggal 13 September sekita pukul 06.30 WIB, aku berhenti sejenak dan menyimak infotainment yang diprotes dan diharamkan oleh sebagian masyarakat Madura itu. TV yang kutonton TRANS TV. Berita pertama soal Saepul Jamil, dan aku teringat kemuakan Sujiwo Tejo menyimak keganjilan yang terjadi menyusul kecelakaan maut yang merenggut nyawa isteri Saepul Jamil. Ternyata sikap saya senada dengan Sujiwo Tejo.
Aku melihat hipokritisi pada wajah Saepul Jamil. Ia nampak menangis di satu sisi, tangis yang sengaja diumbar dan sadar kamera, tangis indikatif seperti tukang sinetron memerankan adegan sedih. Ya, kulihat seperti itu drama kesedihan yang didramatisir dan diperpanjang oleh TV itu.
Tapi di lain shooting, ia tersenyum-senyum memancarkan kebahagiaan, mungkin karena bisa kawin lagi. Saya jadi ingat Putu Wijaya, dan kuharap Putu Wijaya bisa menuliskan hal ini dengan baik. Aku bukan penulis yang baik. Hanya yang kurasakan, mungkin seperti yang dirasakan masyarakat Madura dan anggota MUI saat melihat infotainment, yaitu mengeluarkan fatwa haram. Aku hanya memprediksi, sebulan setelah kejadian ini, berita yang diumbar tentang Saepul Jamil adalah kabar tentang ia mengencani gadis, padahal belum kering tanah kuburan almarhummah.
Tapi ini era demokratis. Maka secara demokratis pula ketika nongol infotainment, segera kupindahkan channel TV. Dari rumah ke rumah teman atau saudara, kalau kebetulan TV nyala, nyaris mereka tidak menonton infotainment. Jikapun Anda, yang nonton biasanya, maaf, pembentu rumah tangga. Ini era demokratis, mereka bebas menyiarkan acara kemunafikan seperti tayangan Saepul jamil itu, dan aku pun berhak mencap, sekalipun akan disebut pembunuhan karakter. Sesungguhnya, Saepul Jamil dan infotainment itu yang telah melakukan pembunuhan karakter. Aku hanya mengatakan apa yang mereka lakukan.
BACA selengkapnya di sini