Sabtu, 24 September 2011

Islam Itu Indah Menurut TransTV

Menurut transTV, Islam itu indah
Menurut KODIM, damai itu indah
Manurut hadist, Tuhan itu indah.

Barangkali Anda ingin menambahkan, lembek itu indah. Toh sudah kelewat banyak publik yang menilai, mungkin termasuk Anda, Presiden RI nampak lembek. Ia berjuang memerangi korupsi, tapi korupsi terus merajalela hingga ke sudah memasuki rumahnya, Partai Demokrat. Akal sehat kemudian bertanya, bagaimana bisa sebuah partai hendak memerangi korupsi kalau ternayata di tubuh partai itu sendiri berdiam para koruptor? Nonsense!

Dan di suatu pagi saya coba menonton sampai tuntas acara Islam Itu Indah yang ditayangkan TransTV. Barangkali Anda juga pernah menontonnya. Bagaimana komentar Anda tentang acara tersebut?

Saya melihat, banyak mubalig (penyampai) menggunakan metode pidatonya dengan menyelipkan humor ke dalamnya, bahkan tidak sedikit yang membuat amsal dalam tablig (paparan)-nya itu yang diambil dari folklor-folklor humor. Barangkali metode ini diambil supaya tablig-nya tidak kering dan membuat mustami (pemirsa) jadi ngantuk. Bisa kita deretkan para mubalig kondang di tanah air, umumnya menyelipkan humor dalam paparannya, misalnya Alm Ust KH. Zainuddin MZ, AA Gym, Ustad Zefri, dll.

Humor memang sering digunakan dalam berbagai eksposisi maupun deskripsi, bahkan ada yang menjadikan humor sebagai strategi utama dalam meraih target. Saya teringat pesan Laurens Tato, penulis terbaik editorial di koran Media Indonesia, bahwa dalam tulisan serius pun, sebaiknya bisa kita selipkan sense of humor.

Tetapi sense of humor yang disampaikan oleh mubalig Islam Itu Indah di TransTV, terasa over-acting bagi saya. Saya hawatir over acting ini akan masuk sesuatu yang berlebih, dan menurut Quran maupun menurut ilmu kedokteran, sesuatu yang berlebih adalah tidak baik dan bisa menjadi kontra-produktif.

Berpidato keagamaan boleh menyelipkan humor, tetapi mendominasikan humor dalam pidato, melahirkan penilaian, setidaknya menurut saya, menurut "sedang mempermainkan agama" atau "agama adalah bermain-main".

Barangkali mungkin perlu dirancang suatu acara humor Islami. Jadi acaranya memang acara humor, bukan acara tablig, apalagi dakwah.

Orang awam sekalipun, rasanya, tidak akan pernah menilai bahwa ajaran agama adalah humor atau lelucon. Mungkin orang awam pun bisa menilai bahwa acara itu adalah lawakan. Jadi tidak salah bila kita menertawakannya. Bukan menertawakan ajaran agamanya, tapi menertawakan pelawaknya.

Tidak ada komentar: